tentang suatu bilik

bilik ini sungguh berarti

meski bukan milik sendiri

beragam cerita terukir di sini

merangkai hidup dengan warna warni

ku diam menatap serambi sepi

yang kelak kan kutinggal pergi

semakin dekat hari

semakin kurasakan pedih dan perih pohon mangga itu kembali bersemi lagi

menandakan akan berbuah lagi

walau dedaunannya seringkali mengotori

harum dan lezat buahnya selalu di hati

kupandangi cermin diri

ada yang berubah dari pribadi ini

bukan lagi si kecil yang berlari-lari

aku tlah dewasa dan mandiri

bilik ini sungguh berarti

meski bukan milik sendiri

setiap bagiannya adalah prasasti

yang tak mungkin bisa dibeli

halaman sempit

pohon mangga yang kurus kering

air hujan yang kerap menggenangi

pilar-pilar yang tak lagi mampu membentengi

sampai jumpa bilik kecil

tempat kumelepas lelah dan letih

aku kan pergi mengejar mimpi

doakan aku agar bisa kembali nanti…

Makassar, 31 Maret 2009

Author: diyahifada

A daughter, an aunty, a longlife learner, left my heart in Makassar and Bandung. Currently living in Mataram, West Nusa Tenggara.

Leave a comment