Catatan Kiara : Malam Pertama 1 Ramadhan 1439 H

Hampir pukul 10 malam, Kiara baru saja selesai membaca Al Quran. Ia melepas mukena, melipat lalu meletakkannya di tumpukan perangkat shalat di rumahnya. Begitu pula dengan Al Quran yang dibacanya tadi, dengan hati-hati disimpannya Al Quran tersebut pada tempatnya. Kiara masuk ke kamar untuk bersiap istirahat. Ia tak ingin sahur pertamanya terlewat karena ia telat tidur, yaaa malam ini adalah malam pertama bulan Ramadhan.

***

Tubuhnya telah merapat di kasur, bantal guling dipelukannya, doa sebelum tidur juga telah dipanjatkan, namun kedua mata Kiara enggan terpejam. Ia berusaha untuk tidur namun sulit, pikirannya masih terbayang tentang kejadian beberapa hari terakhir menjelang Ramadhan. Dalam beberapa hari ini telah terjadi teror di sejumlah kota. Jakarta, Surabaya, Sidoarjo, dan terakhir satu hari sebelum Ramadhan teror terjadi di kota Pekanbaru. Kejadian-kejadian tersebut telah menewaskan banyak korban. Di Rutan Mako Brimob Jakarta terjadi kekacauan di mana rutan tersebut sempat dikuasai oleh para napi yang pada akhirnya menyebabkan meninggalnya empat orang polisi dan seorang tahanan. Napi yang melakukan kekacauan di rutan tersebut diketahui merupakan tahanan kasus terorisme. Setelah kejadian di Jakarta tersebut muncul kemudian rentetan teror bom di sejumlah kota, bom-bom tersebut berupa bom bunuh diri. Salah satu yang paling menyesakkan adalah bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya yang menurut hasil penyelidikan dilakukan oleh satu keluarga, ya satu keluarga yang terdiri atas Ayah, Ibu, dua orang putra, dan dua orang putri. Pikiran Kiara semakin kacau, ia tak habis pikir dengan apa yang telah dilakukan satu keluarga tersebut. Sebuah keluarga yang kemudian begitu ramai diperbincangkan di ranah media sosial, entah di layar kaca, mungkin juga demikian karena Kiara memang sudah lama tak menonton tayangan di televisi. Satu hal yang tak henti-henti dibahas adalah perihal kehidupan beragama sang pelaku bom bunuh diri.

***

Di manapun Kiara membaca, apakah itu media online terpercaya, media abal-abal, opini maupun fakta yang diungkap lewat status-status orang yang mengenal pelaku bom tersebut, semua mengarah pada satu hal, pelaku tersebut beragama Islam, iya keluarga muslim. Entah Islam seperti apa yang diyakini oleh keluarga tersebut tetap saja kenyataan yang dilihat oleh banyak orang adalah mereka muslim, lengkap dengan segala ciri khas muslim muslimah yang taat. Berjenggot, rajin shalat berjamaah di masjid, istri dan anak berjilbab, tipikal keluarga muslim yang sangat umum dikenal di negeri ini. Namun perihnya, mereka melakukan aksi bom bunuh diri, di gereja, saat umat kristiani akan melaksanakan ibadah di hari minggu. Tak ada yang tahu apa motif mereka, apa yang menggerakkan satu keluarga tersebut hingga demikian mudahnya melakukan perbuatan keji seperti ini, perbuatan yang tak pernah diajarkan di dalam Islam. Satu keluarga tersebut meninggalkan dunia ini bersama dengan bom yang mereka bawa.

***

Kiara mungkin sama dengan kebanyakan muslimah di negeri ini. Berjilbab panjang meski tak sampai bercadar, rajin mendengarkan kajian meskipun kebanyakan kajian-kajian tersebut disaksikan lewat youtube, dan tentu saja senantiasa bersikap baik kepada siapapun, kepada muslim muslimah maupun mereka yang berbeda keyakinan. Kiara dengan ilmu agamanya yang masih sedikit ini selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi, secara lahiriah maupun batiniah. Jangankan berbuat jahat pada manusia, membiarkan hewan kelaparan saja rasanya sangat berdosa. Maka Kiara sangat yakin, seorang muslim tidak akan mungkin memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain. Maka kejadian teror bom maupun kekacauan yang muncul akhir-akhir bagi Kiara pribadi meski dilakukan oleh mereka yang beragama Islam namun jelas tidak mencerminkan akhlak seorang muslim. Sayangnya, bagaimanapun juga identitas muslim yang melekat pada pelaku tersebut mau tak mau telah menyeret pula pemahaman-pemahaman di dalam Agama Islam sebagai penyebab kejadian-kejadian ini.

***

Meski tak beranggapan bahwa teror bom yang muncul sebagai suatu bentuk pengalihan isu atau bentuk-bentuk lainnya, namun Kiara meyakini bahwa kejadian-kejadian ini tentu adalah rencana besar yang dikendalikan oleh entah orang atau kelompok tertentu yang mempunyai tujuan sendiri. Apa tujuan tersebut, tak ada yang tahu. Yang pasti adalah lewat kejadian-kejadian ini yang paling mendapat perhatian adalah Islam. Tak perlu mencari pembelaan atau apapun, kenyataan yang muncul adalah Islam disudutkan, khususnya beberapa aktivitas keislaman yang terlihat ekstrem. Ekstrem bagi sebagian orang, yaitu orang-orang yang tidak memahami Islam. Contoh paling sederhana adalah jilbab yang terulur panjang hingga cadar. Saat ini, di negeri ini telah terjadi pergeseran yang luar biasa, di mana jilbab bukanlah sesuatu yang aneh, bahkan sangat banyak muslimah yang menggunakan jilbab sesuai tuntunan bahkan hal ini pun terjadi di kalangan public figure. Para artis berbondong-bondong berbenah diri, mereka yang dulunya dikenal berpakaian terbuka sekarang telah berhijab dan meninggalkan kegiatan keartisan yang lebih banyak mudhorotnya menjadi kegiatan yang bermanfaat. Mereka beramai-ramai mengikuti kajian-kajian sunnah dan mereka tanpa ragu menampakkan kebaikan-kebaikan tersebut secara luas sehingga posisi mereka sebagai public figure akan mampu mempengaruhi banyak orang. Bukan tidak mungkin keadaan ini menjadi salah satu penyebab pihak-pihak yang membenci Islam berusaha menaburkan citra negatif tentang Islam sehingga timbullah ketakutan terhadap Islam.

***

Kiara kembali membayangkan bahwa memang ada sekelompok orang yang tidak senang jika Islam menjadi dikenal dan semakin luas. Berbagai cara dilakukan agar menghadirkan Islamophobia di masyarakat, masyarakat negeri ini bahkan di seluruh dunia. Maka sudah menjadi tugas kita semua sebagai muslim muslimah untuk senantiasa meningkatkan keimanan, senantiasa belajar, meningkatkan pemahaman, memperbaiki akhlak dan menjaga diri serta keluarga dari pengaruh-pengaruh jahat yang berusaha membelokkan pemahaman kita sehingga mengarah pada pemahaman yang keliru. Kiara semakin sedih saat ia mendapat kabar bahwa saat ini muslim muslimah yang berpakai sunnah selalu dicurigai, apalagi salah seorang saudara Kiara adalah perempuan bercadar, sungguh tak ada yang salah dengan cadar, bahkan cadar sangat menjaga dan melindungi. Kiara juga mendengar bahwa anak-anak semakin takut berpakaian syar’i, takut menjadi “terlalu” Islam. Kiara berdoa semoga keluarga-keluarga muslim di manapun berada tidak takut menunjukkan keislamannya, menunjukkan kepada dunia bahwa Islam itu penuh dengan cinta, kasih sayang, dan kebaikan, Islam adalah rahmatan lil aalamin. Semoga dengan kejadian ini justru kita semakin giat dalam kebaikan-kebaikan.

***

Buruknya pemahaman tentang Islam salah satunya adalah karena kita tidak membiasakan Islam dalam keseharian kita. Sudah saatnya kita menjadikan hal-hal tidak biasa menjadi kebiasaan. Kebanyakan orang merasa aneh dengan pakaian-pakaian wanita yang panjang tertutup, sebenarnya bukan pakaian panjang yang aneh namun kebiasaan berpakaian terbukalah yang membuat pakaian panjang dan tertutup nampak aneh. Orang-orang membaca AlQuran di tempat umum dianggap tidak biasa yaaa karena yang biasa kita lakukan adalah membaca majalah, komik, novel atau bacaan lainnya. Anak-anak ke masjid jarang kita lihat yang lebih ramai adalah anak-anak bermain sepanjang hari dengan gadget mereka atau dengan permainan lainnya. Anak-anak tidak belajar Al Quran, tidak tahu sejarah Islam, tidak paham Bahasa Arab tapi mereka sangat akrab dengan komik-komik dan novel, tokoh-tokoh fiksi yang penuh tipu daya, mereka juga sangat fasih berbahasa Inggris, bahkan sebagian juga pandai Bahasa Korea, Mandarin, Jepang atau Bahasa lainnya. Kitalah yang telah melupakan, kita yang tidak belajar dan kita pula yang tidak mengajarkan pada anak-anak kita sehingga mereka jauh dari pemahaman yang baik lalu mudah dicekoki dengan pemahaman yang salah. Maka sudah seharusnya atas segala yang terjadi kita kembali interospeksi diri, melihat pada diri kita. Orang-orang jahat di luar sana memang telah berbuat keji namun apa yang mereka perbuat seharusnya bisa dilawan bahkan dicegah andai kita sedari dini telah membiasakan diri kita, keluarga kita, masyarakat kita mengenal Islam secara kaffah, hidup dengan menjalankan syariat-syariat Islam, yang sayangnya saat ini masih dikenal separuh sisi. Sekelumit pemikiran ini yang terlintas dalam benak Kiara, yang membuatnya sulit sekali untuk terpejam. Kiara hanyalah satu dari jutaan orang yang mungkin sama-sama resah. Siapa pun saat ini wajar-wajar saja bila merasa tidak aman, kejadian seperti di Jakarta atau Surabaya bisa terjadi di mana saja dan menimpa siapa saja. Maka, hanya kepada Allah kita serahkan segalanya, memohon perlindungan dan kekuatan. Semoga kita semua senantiasa dijauhkan dari keburukan di dunia maupun di akhirat kelak.

***

Kiara membolak-balikkan badannya, ia bangun terduduk dan menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa, doa memohon kebaikan bagi negeri ini serta kebaikan di dunia dan akhirat bagi seluruh muslimin dan muslimah. Tak lupa ia melafazkan niat berpuasa di bulan Ramadhan. Jangan sia-siakan bulan ini. Ramadhan adalah bulan yang mulia, perbanyaklah ibadah, perbanyaklah doa, berharap kebaikan yang banyak dan berkah. Kiara melirik jam di dinding, waktu sudah menunjukkan lewat jam 12 malam. Kiara menghela napas dalam, matanya mulai menyipit, ada rasa kantuk yang menyerang. Ia lalu menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh, udara terasa agak dingin, semoga tak telat untuk bangun sahur ucapnya.

1 Ramadhan 1439 H – 17 Mei 2018

Author: diyahifada

A daughter, an aunty, a longlife learner, left my heart in Makassar and Bandung. Currently living in Mataram, West Nusa Tenggara.

Leave a comment